Senin, 18 April 2011

DAKWAH DI SPANYOL

Pola perkembangan dakwah di Eropa (Spanyol)




Ramadhan 92 H, atau bertepatan dengan tahun 711 M, Thariq bin Ziyad dan pasukannya merapat di pantai Spanyol, dengan membawa misi untuk menyebarkan dakwah Islam. Sayang, Raja Roderick dan pasukannya menolak, dan bahkan mengobarkan peperangan. Peperangan itu sebenarnya bermula dari pertikaian antara sesama Kristen Spanyol. Raja Roderick yang berkuasa saat itu, memaksakan keyakinan Trinitas Kristen yang dianutnya kepada umat Nasrani Aria.
Berbeda dengan para pendukung Roderick yang meyakini Nabi Isa sebagai Yesus, yaitu Allah Bapak, Anak Tuhan, dan Ruh Kudus, kaum Nasrani Aria meyakini Nabi Isa semata sebagai utusan Allah. Pemaksaan keyakinan Trinitas oleh Raja Roderick ini menimbulkan penindasan di kalangan Nasrani Aria. Lantas, pimpinan mereka meminta bantuan kepada Pasukan Thariq bin Ziyad yang memang sudah merapat di Spanyol dalam misi dakwah dari khalifah.
Panglima Thariq menerima permintaan pemimpin Nasrani Aria. Itu sebabnya, dalam sebuah pidatonya sesaat sebelum melakukan pertempuran dengan pasukan Raja Roderick, Thariq bin Ziyad memerintahkan pembakaran kapal-kapal yang telah membawa seluruh awak pasukannya dari Afrika, kecuali beberapa pasukan kecil yang diminta pulang untuk meminta bantuan kepada khalifah.
Pidato ‘kontroversial’ itu karuan aja membuat pasukannya keheranan. Namun beliau mengatakan, “Di belakang kita ada lautan luas, di hadapan kita pasukan musuh. Jadi, kita datang ke sini tidak untuk kembali. Kita hanya punya dua pilihan; menaklukkan negeri ini dan menetap di sini serta mengembangkan Islam, atau kita semua binasa (syahid)”.
Peristiwa di tahun 711 M itu mengawali masa-masa Islam di Spanyol. Pasukan Thariq sebenarnya bukan misi pertama dari kalangan Islam yang menginjakkan kaki di Spanyol. Sebelumnya, Gubernur Musa Ibnu Nushair telah mengirimkan pasukan yang dikomandani Tharif bin Malik. Tharif sukses. Kesuksesan itu mendorong Musa mengirim Thariq. Saat itu, seluruh wilayah Islam masih menyatu di bawah kepemimpinan Khalifah al-Walid dari Bani Umayah.
Thariq mencatat sukses. Ia mengalahkan pasukan Raja Roderick di Bakkah. Setelah itu ia maju untuk merebut kota-kota seperti Cordova, Granada dan Toledo yang saat itu menjadi ibukota kerajaan Gothik. Ketika merebut Toledo, Thariq diperkuat dengan 5.000 orang tentara tambahan yang dikirim Musa Ibnu Nushair.
Thariq kembali sukses. Bukit-bukit di pantai tempat pendaratannya lalu dinamai Jabal Thariq, yang kemudian dikenal dengan sebutan Gibraltar. Musa bahkan ikut menyeberang untuk memimpin sendiri pasukannya. Ia merebut wilayah Seville dan mengalahkan Penguasa Gothic, Theodomir. Musa dan Thariq lalu bahu-membahu menguasai seluruh wilayah Spanyol selatan itu.
Pada 755 Masehi, Abdurrahman tiba di Spanyol. Abdurrahman ad-Dakhil, demikian orang-orang menjulukinya. Ia membangun Masjid Cordova, dan menjadi penguasa di Andalusia dengan gelar Amir. Keturunannya melanjutkan kekuasaan itu sampai 912 Masehi. Kalangan Kristen sempat mengobarkan perlawanan “untuk mencari kematian” (martyrdom). Namun penguasa Bani Umayah di Andalusia ini mampu mengatasi tantangan tersebut.
Sekadar kamu tahu, bahwa peperangan dalam Islam adalah untuk menghidupkan manusia bukan untuk memusnahkan. Itu sebabnya, ketika kaum muslimin menang perang dan menguasai wilayah tidak bertujuan menjajahnya. Berbeda dengan ideologi Kapitalisme yang memang tujuan mereka berperang adalah untuk menguasai wilayah dan menjajahnya (baca: menguras seluruh potensi wilayah itu untuk kepentingan bangsanya).
Sejarawan Barat beraliran konservatif, W. Montgomery Watt dalam bukunya Sejarah Islam di Spanyol, mencoba meluruskan persepsi keliru para orientalis Barat yang menilai umat Islam sebagai yang suka berperang. Menurutnya, “Mereka (para orientalis) umumnya mengalami mispersepsi dalam memahami jihad umat Islam. Seolah-olah seorang muslim hanya memberi dua tawaran bagi musuhnya, yaitu antara Islam dan pedang. Padahal, bagi pemeluk agama lain, termasuk ahli kitab, mereka bisa saja tidak masuk Islam meski tetap dilindungi oleh suatu pemerintahan Islam.” Hmm.. perlu dicatet tuh.
Itulah yang terjadi sepanjang perjalanan sejarah masuknya Islam ke Spanyol. Islam, tak hanya masuk dengan damai, namun dengan cepat menyebar dan membangun peradaban tinggi hingga Spanyol mencapai puncak kejayaannya. Kota-kota terkemuka Spanyol seperti Andalusia dan Cordova, menjadi center of excellent peradaban dunia. Keren nggak?
Berkembangnya iptek
Montgomery menganalisa tentang rahasia kemajuan peradaban Islam, ia mengatakan bahwa Islam nggak mengenal pemisahan yang kaku antara ilmu pengetahuan, etika, dan ajaran agama. Satu dengan yang lain, dijalankan dalam satu tarikan nafas. Pengamalan syariat Islam, sama pentingnya dan memiliki prioritas yang sama dengan riset-riset ilmiah.
Nggak mengherankan tentunya jika para ulama terkemuka seperti Ibnu Rusyd (1126-1198) misalnya, yang terkenal di Barat dengan nama Averous, diakui pula sebagai ilmuwan yang handal di bidangnya. Ibnu Rusyd adalah filosof, dokter, dan ahli fikih Andalusia. Bukunya yang terpenting dalam bidang kedokteran ialah al-Kulliyat yang berisi kajian ilmiah pertama kali mengenai tugas jaringan-jaringan dalam kelopak mata. Bukunya dalam bidang fikih adalah Bidayatul Mujtahid.
Spanyol juga punya az-Zahrawi yang dikenal sebagai orang pertama yang memperkenalkan teknik pembedahan manusia. Az-Zahrawi yang lahir dekat Cordova pada 936 Masehi, dikenal pula sebagai penyusun ensiklopedi pembedahan yang karya ilmiahnya itu dijadikan referensi dasar bedah kedokteran selama ratusan tahun. Sejumlah universitas, termasuk di Barat, menjadikannya acuan.
Kontribusi ilmuwan Islam di bidang astronomi nggak kalah seru. Adalah az-Zarkalli, astronom muslim kelahiran Cordova yang pertama kali memperkenalkan astrolobe. Yaitu suatu instrumen yang digunakan untuk mengukur jarak sebuah bintang dari horison bumi. Penemuan ini menjadi revolusioner karena sangat membantu navigasi laut. Dengan begitu, transportasi pelayaran berkembang pesat selepas penemuan astrolobe.
Jadi jelas, ilmu pengetahuan, bukanlah bagian yang terpisahkan dari syariat Islam dan etika moral. Menurut Montgomery, nggak ada yang dapat melukiskan relasi antara ilmu pengetahuan, etika, dan agama daripada kata-kata filosofis Ibnu Rusyd: “Filsafat, tak berarti apa-apa jika tak bisa menghubungkan ilmu pengetahuan, agama dan etika dalam suatu relasi harmonis.”
Ibnu Rusyd pernah mengatakan, bahwa ilmu pengetahuan dibangun di atas fakta-fakta dan logika hingga sampe kepada suatu penjelasan rasional. Etika, merefleksikan manfaat setiap riset ilmiah, sehingga harus bisa memberi nilai tambah bagi kehidupan. Sedangkan firman Allah, yakni al-Quran, menjadi satu-satunya pembimbing kita untuk sampai pada tujuan hakiki dari hidup ini.
Itu sebabnya barangkali, W.E. Hocking berkomentar, “Oleh karena itu, saya merasa benar dalam penegasan saya, bahwa al-Quran mengandung banyak prinsip yang dibutuhkan untuk pertumbuhannya sendiri. Sesunguhnya dapat dikatakan, bahwa hingga pertengahan abad ke tigabelas, Islamlah pembawa segala apa yang tumbuh yang dapat dibanggakan oleh dunia Barat.” (The Spirit of World Politics, 1932, hlm. 461)
Menurut Montgomery, cukup beralasan jika kita menyatakan bahwa peradaban Eropa tidak dibangun oleh proses regenerasi mereka sendiri. Tanpa dukungan peradaban Islam yang menjadi ‘dinamo’nya, Barat bukanlah apa-apa. Wajar jika Barat berhutang budi pada Islam.
Benteng terakhir itu bernama Granada
Sayangnya, masa pencerahan bagi seluruh dunia ini kemudian dikotori oleh para pemimpin Eropa yang bersepakat meninggalkan agama dalam segala aspek kehidupan dan mengembangkan dengan apa yang kemudian dikenal sebagai sekularisme. Akibatnya, keagungan peradaban Islam yang dibangun di Spanyol, berakhir dengan tragis. Yaitu saat penguasa kafir Eropa menghancurkan semua karya pemikiran para ilmuwan muslim. Tak hanya karya-karyanya yang dimusnahkan, para ilmuwannya pun disingkirkan.
Ibnu Massarah diasingkan, Ibnu Hazm diusir dari tempat tinggalnya di Majorca. Kitab-kitab karya Imam al-Ghazaly dibakar, ribuan buku dan naskah koleksi perpustakaan umum al-Ahkam II dihanyutkan ke sungai, Ibnu Tufayl dan Ibnu Rusyd disingkirkan. Nasib yang sama, dialami juga oleh Ibnu Arabi.
Kebijakan ‘bumi hangus’ itu menyebabkan sulit merekontruksi perjalanan sejarah Islam di Eropa. Namun demikian, keberadaan Granada, Cordova, Sevilla, dan Andalusia sebagai bukti keagungan peradaban Islam di Spanyol tak bisa dipungkiri. Meski akhirnya sirna juga dihancurkan Pasukan Salib Eropa.
Oya, petaka Perang Salib juga telah membuat kita kehilangan perpustakaan-perpustakaan paling berharga yang ada di Tripoli, Maarrah, al-Quds, Ghazzah, Asqalan, dan kota-kota lainnya yang dihancurkan mereka. Salah seorang sejarawan menaksir, buku-buku yang dimusnahkan tentara Salib Eropa di Tripoli sebanyak tiga juta buah.
Pendudukan Spanyol atas Andalusia juga telah membuat kita kehilangan perpustakaan-perpustakaan besar yang diceritakan sejarah dengan mencengangkan. Semua buku dibakar oleh pemeluk-pemeluk agama yang fanatik. Bahkan buku-buku yang dibakar dalam sehari di lapangan Granada menurut taksiran sebagian sejarawan berjumlah satu juta buku. (Dr. Mustafa as-Siba’i, Peradaban Islam; Dulu, Kini dan Esok, hlm. 187)
Granada tinggal kenangan, sejak berkecamuknya Perang Salib. Tepat pada 2 Januari 1492, Sultan Islam di Granada, Abu Abdullah, untuk terakhir kalinya terlihat di Istana al-Hamra. Granada jatuh ke tangan kaum kafir Eropa. Semua merasa kehilangan (apalagi kalo kita mengenal Spanyol sebatas klub sepakbola Real Madrid atau Barcelona. Menyedihkan!).
Sekadar tahu aja bahwa Granada, kota yang terletak di selatan kota Madrid, ibukota Spanyol sekarang, adalah salah satu pusat ilmu pengetahuan Islam yang agung dan tergolong dalam kawasan lainnya yang tak kalah menarik dan bersejarah setelah Andalusia, Cordova, Balansiah, Bahrit, Ichiliah, Tolaitalah dan yang lainnya. Granada juga masyhur sebagai kiblat yang menjadi tumpuan harapan para pelajar yang datang dari segenap kawasan yang berada di sekitar Granada, baik kaum muslimin maupun nonMuslim. Pusat pengkajian yang masyhur di Granada adalah al-Yusufiah dan an-Nashriyyah.
Di sini, juga telah melahirkan banyak ilmuwan muslim yang terkenal. Di antaranya Abu al-Qasim al-Majrithi sebagai pencetus kebangkitan ilmu astronomi Andalusia pada tahun 398 Hijriah atau sekitar tahun 1008 Masehi. Beliau telah memberikan dasar bagi salah satu pusat pengkajian ilmu matematika yang masyhur. Selain beliau, Granada juga masih memiliki sejumlah ilmuwan dan ulama terkenal, di antaranya adalah al-Imam as-Syatibi, Lisanuddin al-Khatib, as-Sarqasti, Ibnu Zamrak, Muhammad Ibnu ar-Riqah, Abu Yahya Ibnu Ridwan, Abu Abdullah al-Fahham, Ibnu as-Sarah, Yahya Ibnu al-Huzail at-Tajiibi, as-Shaqurmi dan Ibnu Zuhri. Di kalangan perempuan tercatat nama-nama seperti Hafsah binti al-Haj, Hamdunah binti Ziad dan saudaranya, Zainab.
Amat wajar dong kalo ilmuwan sekelas Emmanuel Deutch berkomentar, “Semua ini memberi kesempatan bagi kami (bangsa Barat) untuk mencapai kebangkitan (renaissance) dalam ilmu pengetahuan modern. Oleh karena itu, sewajarnyalah jika kami selalu mencucurkan airmata manakala kami teringat saat-saat terakhir jatuhnya Granada.” (M. Hashem, Kekaguman Dunia Terhadap Islam, hlm. 100)
Granada adalah benteng terakhir kaum muslimin di Andalusia (Spanyol) yang jatuh ke tangan bangsa Eropa yang kafir. Semoga Islam kembali memimpin dunia. Mencerahkan dan menjadi “rahmatan lil ‘alamin”. Yup, Islam yang memberikan masa depan dunia dengan lebih cerah. Jadi, yuk berjuang untuk membela Islam dan menegakkannya dalam naungan Khilafah Islamiyyah. Tunggu apalagi sobat? Ayo, berjuang sekarang juga! [solihin: sholihin@gmx.net]

Kamis, 17 Maret 2011

PERBEDAAN AGAMA DAN FILSAFAT

BAB I
PENDAHULUAN

Keadaan dunia yang begini ada yang mewarnainya. Kekuatan yang mewarnai itu yang pertama adalah agama dan yang kedua adalah filsafat. Orang yang mewarnai dunia juga hanya dua, nabi dan ulama, dan filosof. Apakah sains dan teknologi mewarnai dunia? Tidak. Saint dan teknologi dalam garis besarnya netral. Pakar sains dan teknologi menggunakan saint dan teknologi untuk mewarnai dunia berdasarkan pandangan hidupnya ; pandangan hidup itu ada dua ; agama dan filsafat.
Sejarah telah mempertontonkan adanya manusia yang berani mati untuk karena agama yang dianutnya. Orang mengorbankan harta,pikiran, tenaga, atau nyawa sekalipun untuk dan karena kepercayaan yang dianutnya. Adapula orang yang dibakar hidup-hidup oleh yang merasa agamanya disentuh oleh orang tersebut. Orang rela pula dijemur dan diapit dengan batu besar untuk mempertahankan kepercayaannya (agama) yang dianutnya. Orang dengan tekun menabur bunga di kuburan, membakar kemenyan di tanah-tanah tinggi atau dipojok rumah untuk dan karena kepercayaan agamanya. Adapula orang yang rela mengubur anak perempuannya hidup-hidup karena kepercayaan yang dianutnya. Demikian kenyataannya.
Orang yang meyakini agama tertentu ingin pula agar orang lain ikut bersamanya. Lalu agama tertentu disebarkannya, didakwahkannya, dipropagandakannya. Itu dikerjakannya dengan sungguh-sungguh demi agamnya. Begitulah yang telah, sedang, dan akan terjadi Ini berarti dengan tekun mereka mewarnai dunia :Ini suatu kenyataan yang tidak dapat dimungkiri.
Selain kenyataan itu sejarah telah mencatat pula adanya orang kuat, yang kadang-kadang juga berani mati, karena meyakini sesuatu yang diperolehnya karena memikirkannya. Yang ini adalah pemikir atau filosof. Sesuatu dipikirkan sedalam-dalamnya, lantas suatu ketika ia sampai pada kesimpulan yang dianggap benar. Kebenaran ini mempengaruhi tindakannya; keyakinannya pada kesimpulannya itu membentuk sikapnya. Socrates sanggup mati dengan cara minum racun, sebagai hukuman baginya, karena mempertahankan kebenaran filsafat yang dianggap benar.
Keyakinan filsafat itu diikuti pula oleh oranglain. Mereka memang ingin diikuti, bahkan filosof itu merasa wajib menyebarkan pendapat mereka. Pada orang yang mengikuti, bahkan itu terbentuk pula sikap mereka; tindakan mereka dibentuk oleh pandangan filsafat itu, jadi menjadi pandangan hidup mereka. Mereka juga mewarnai dunia.
Agama dan filsafat adalah kekuatan yang mewarnai dunia. Barang siapa hendak memahami dunia, ia harus memahami agama atau filsafat yang mewarnai dunia itu.











BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ilmu Filsafat dan Agama
a. Pengertian Ilmu Filsafat
Kata filsafat atau falsafat berasal dari bahasa Arab falsafah yang diturunkan dari kata Yunani philosophia yang merupakan kata gabungan dari kata philein yang berarti mencintai atau philia yang berarti cinta dan kata sophia yang berarti kebijaksanaan. Dengan demikian kata philosophia, falsafat berarti mencintai atau cinta kepada kebijaksanaan.
Dari segi praktis, falsafat berarti alam pikiran atau alam berfikir. Berfilsafat artinya berfikir. Namun tidak semua berfikir berarti berfilsafat. Berfilsafat adalah berfikir secara mendalam dan sungguh-sungguh. Sebuah semboyan mengatakan bahwa setiap manusia adalah filosuf. Semboyan ini benar juga sebab semua manusia berfikir. Akan tetapi, secara umum semboyan itu tidak benar sebab tidak semua manusia yang berfikir adalah filosof. Tegasnya filsafat adalah hasil akal manusia yang mencari dan memikirkan suatu kebenaran dengan sedalam-dalamnya. Dengan kata lain filsafat adalah ilmu yang berusaha mempelajari suatu sampai ke akar-akarnya, sistematika dan menyeluruh sehingga mendapatkan hakikat kebenaran dari sesuatu itu.
Orang yang pertama kali menggunakan istilah filsafat adalah Pythagoras (572-497 SM), ketika itu ia ditanya oleh Leon tentang pekerjaannya, ia menjawab sebagai philosophis artinya pecinta kearifan atau kebijaksanaan.
Jadi dapat disimpulkan filsafat ialah keinginan yang mendalam untuk mendapat kebijakan, atau keinginan yang mendalam untuk menjadi bijak.
Immanuel Kant mendefinisikan filsafat sebagai pengetahuan yang menjadi pokok pangkal segala pengetahuan yang tercakup di dalamnya empat persoalan :
a. Apa yang dapat diketahui ? (Jawabannya : Metafisika.)
Metafisika adalah studi tentang sifat realitas, termasuk hubungan antara pikiran dan tubuh, substansi dan kecelakaan, peristiwa dan sebab-akibat.

b. Apa yang seharusnya diketahui ? (Jawabannya : Etika .)
Etika atau filsafat moral, berkaitan dengan pertanyaan tentang bagaimana orang harus bertindak atau jika pertanyaan tersebut dijawab. Cabang-cabang utama dari etika adalah meta-etika , etika normatif , dan etika diterapkan . Meta-etika kekhawatiran sifat pemikiran etis, perbandingan berbagai sistem etis, apakah ada kebenaran mutlak etis, dan bagaimana kebenaran tersebut dapat diketahui. Etika juga berhubungan dengan gagasan moralitas . Plato dialog dini termasuk mencari definisi kebajikan.





c. Sampai di mana harapan kita ? (Jawabannya : Agama.)
Agama adalah kebenaran yang bersumber dari wahyu Tuhan mengenai berbagai hal kehidupan manusia dan lingkungannya. Jadi kebenaran agama bukan merupakan hasil usaha manusia.

d. Apa itu manusia ? (Jawabannya : Antropologi.)
Manusia adalah salah satu makhluk Allah yang paling sempurna, baik dari aspek jasmaniyahl lebih-lebih rohaniyahnya .karena kesempurnaanya itulah ,maka untuk dapat memahami ,mengenal secara dalam dan totalitas dibutuhka keahlian yang spesifik .

Jauh sebelum manusia menemukan dan menetapkan apa yang sekarang kita sebut sesuatu sebagai suatu disiplin ilmu sebagaimana kita mengenal ilmu kedokteran, fisika, matematika, dan lain sebagainya, umat manusia lebih dulu memfikirkan dengan bertanya tentang berbagai hakikat apa yang mereka lihat. Dan jawaban mereka itulah yang nanti akan kita sebut sebagai sebuah jawaban filsafati.
Kegiatan manusia yang memiliki tingkat tertinggi adalah filsafat yang merupakan pengetahuan benar mengenai hakikat segala yang ada sejauh mungkin bagi manusia . Bagian filsafat yang paling mulia adalah filsafat pertama, yaitu pengetahuan kebenaran pertama yang merupakan sebab dari segala kebenaran (Al-Kindi, 801 – 873 M).
Metode filsafat adalah metode bertanya. Objek formal filsafat adalah ratio yang bertanya. Obyek materinya semua yang ada. Maka menjadi tugas filsafat mempersoalkan segala sesuatu yang ada sampai akhirnya menemukan kebijaksanaan universal.
Sonny Keraf dan Mikhael Dua mengartikan ilmu filsafat sebagai ilmu tentag bertanya atau berpikir tentang segala sesuatu (apa saja dan bahkan tentang pemikiran itu sendiri) dari segala sudut pandang. Thinking about thinking.
b. Pengertian Agama
Dulu Adam dan Hawa berada di surga, demikian menurut Islam dan beberapa agama lain. Lalu Tuhan menginginkan mereka hidup di dunia untuk sementara. Tuhan berkata kepada Adam dan Hawa : Berangkatlah kalian ke dunia. Timbul kekhawatiran, bagaimana caranya hidup di dunia itu? Tuhan memberikan jaminan: nanti kalau Adam dan Hawa sudah sampai di dunia, Tuhan mengirimkan petunjuk. Isi petunjuk itu ialah tentang cara hidup di dunia. Peraturan tentang cara hidup di dunia inilah yang disebut agama.
Berdasarkan berbagai bahan bacaan kita mengetahui bahwa definisi agama banyak sekali. Dari sekian banyak definisi itu agaknya dapat dibagi menjadi dua kelompok :
 Definisi agama yang menekankan segi rasa iman atau kepercayaan.
 Menekankan segi agama sebagai segi peraturan tentang cara hidup.


Kombinasi kedua-duanya mungkin merupakan definisi yang lebih memadai tentang agama :
1. Agama ialah system kepercayaan dan praktek yang sesuai dengan kepercayaan tersebut. Dapat juga ;
2. Agama ialah peraturan tentang cara hidup, lahir dan batin.

B. Hubungan Ilmu Filsafat dan Agama
Adapun klasifikasi filsafat menurut latar belakang agama :
a. Filsafat Islam
Filsafat Islam bukanlah filsafat Timur Tengah. Bila memang disebut ada beberapa nama Yahudi dan Nasrani dalam filsafat Timur Tengah, dalam filsafat Islam tentu seluruhnya adalah muslim. Ada sejumlah perbedaan besar antara filsafat Islam dengan filsafat lain. Pertama, meski semula filsuf-filsuf muslim klasik menggali kembali karya filsafat Yunani terutama Aristoteles dan Plotinus, namun kemudian menyesuaikannya dengan ajaran Islam. Kedua, Islam adalah agama tauhid. Maka, bila dalam filsafat lain masih mencari Tuhan, dalam filsafat Islam justru Tuhan sudah ditemukan.
Pada mulanya filsafat berkembang di pesisir samudera Mediterania bagian Timur pada abad ke-6 M yang ditandai dengan pertanyaan-pertanyaan untuk menjawab persoalan seputar alam, manusia, dan Tuhan. Dari sinilah lahirlah sains-sains besar, seperti fisika, etika, matematika, dan metafisika yang menjadi batubara kebudayaan dunia.
Dari Asia Minor (Mediterania) bergerak menuju Athena yang menjadi tanah air filsafat. Ketika Iskandariah didirikan oleh Iskandar Agung pada 332 SM, filsafat mulai merambah dunia timur, dan berpuncak pada 529 M.
b. Filsafat Kristen
Filsafat Kristen mulanya disusun oleh para bapa gereja untuk menghadapi tantangan zaman di abad pertengahan. Saat itu dunia barat yang Kristen tengah berada dalam zaman kegelapan (dark age). Masyarakat mulai mempertanyakan kembali kepercayaan agamanya. Tak heran, filsafat Kristen banyak berkutat pada masalah ontologis dan filsafat ketuhanan. Hampir semua filsuf Kristen adalah teologian atau ahli masalah agama. Sebagai contoh: Santo Thomas Aquinas, Santo Bonaventura, dan lain sebagainya.
Selain dua agama terbesar diatas, masih ada beberapa agama lainya yang melahirkan pemahaman falsafi yang sampai sekarang masih eksis. Misalnya Budha, Taoisme, dan lain sebagainya.
Buddha dalam bahasa Sansekerta berarti mereka yang sadar, atau yang mencapai pencerahan sejati (Dari perkataan Sansekerta: untuk mengetahui). Budha merupakan gelar kepada individu yang menyadari potensi penuh mereka untuk memajukan diri dan yang berkembang kesadarannya. Dalam penggunaan kontemporer, ia sering digunakan untuk merujuk Siddharta Gautama yang dilahirkan pada tahun 623 SM di Taman Lumbini.
Sidharta adalah guru agama dan pendiri Agama Buddha. Dalam pandangan lainnya, ia merupakan tarikan dan contoh bagi manusia yang telah sadar. Penganut Buddha tidak menganggap Siddharta Gautama sebagai sang hyang Buddha pertama atau terakhir. Secara teknis, Buddha, seseorang yang menemukan Dharma atau Dhamma (yang bermaksud: Kebenaran; perkara yang sebenarnya, akal budi, kesulitan keadaan manusia, dan jalan benar kepada kebebasan melalui Kesadaran, datang selepas karma yang bagus (tujuan) dikekalkan seimbang dan semua tindakan buruk tidak mahir ditinggalkan. Pencapaian nirwana (nibbana) di antara ketiga jenis Buddha adalah serupa, tetapi Samma-Sambuddha menekankan lebih kepada kualitas dan usaha dibandingkan dengan dua lainnya.
Taoisme merupakan filsafat Laozi dan Zhuangzi (570 SM - 470 SM) tetapi bukan agama. Taoisme berasalkan dari kata “Dao” yang berarti tidak berbentuk, tidak terlihat tetapi merupakan asas atau jalan atau cara kejadian kesemua benda hidup dan benda-benda alam semesta dunia. Dao yang wujud dalam kesemua benda hidup dan kebendaan adalah “De”. Gabungan Dao dengan De diperkenalkan sebagai Taoisme merupakan asasi alamiah. Taoisme bersifat tenang, tidak berbalah, bersifat lembut seperti air, dan berabadi. Keabadian manusia adalah apabila seseorang mencapai “Kesedaran Dao”. Penganut-penganut Taoisme mempraktekan Dao untuk mencapai “Kesedaran Dao” dan juga mendewakan.
Taoisme juga memperkenalkan teori Yinyang. Yin dan Yang dengan saintifiknya diterjemahkan sebagai negatif dan positif. Setiap benda adalah dualisme, terdapat positif mesti adanya negatif; tidak bernegatif dan tidak berpositif jadinya kosong, tidak ada apa-apa. Bahkan magnet, magnet memiliki kutub positif dan negatif, kedua-dua sifat tidak bisa diasingkan; tanpa positif, tidak akan wujud negatif, magnet tidak akan terjadi.





C. Perbedaan Filsafat dan agama

Dalam buku Filsafat Agama diuraikan tentang perbedaan filsafat dengan agama, sebab kedua kata tersebut sering dipahami secara keliru.
Filsafat
1. Filsafat berarti berpikir, jadi yang penting ialah ia dapat berpikir.
2. Menurut William Temple, filsafat adalah menuntut pengetahuan untuk memahami.
3. C.S. Lewis membedakan enjoyment dan contemplation, misalnya laki-laki mencintai perempuan. Rasa cinta disebut enjoyment, sedangkan memikirkan rasa cintanya disebut contemplation, yaitu pikiran si pecinta tentang rasa cintanya itu.
4. Filsafat banyak berhubungan dengan pikiran yang dingin dan tenang.
5. Filsafat dapat diumpamakan seperti air telaga yang tenang dan jernih dan dapat dilihat dasarnya.
6. Seorang ahli filsafat, jika berhadapan dengan penganut aliran atau paham lain, biasanya bersikap lunak.
7. Filsafat, walaupun bersifat tenang dalam pekerjaannya, sering mengeruhkan pikiran pemeluknya.
8. Ahli filsafat ingin mencari kelemahan dalam tiap-tiap pendirian dan argumen, walaupun argumenya sendiri.
9. Filsafat adalah pengetahuan tentang non empirik dan nonekspirmental diperoleh manusia melalui usaha.




Agama
1. Agama berarti mengabdikan diri, jadi yang penting ialah hidup secara beragama sesuai dengan aturan-aturan agama itu.
2. Agama menuntut pengetahuan untuk beribadat yang terutama merupakan hubungan manusia dengan Tuhan.
3. Agama dapat dikiaskan dengan enjoyment atau rasa cinta seseorang, rasa pengabdian dedication atau contentment.
4. Agama banyak berhubungan dengan hati.
5. Agama dapat diumpamakan sebagai air sungai yang terjun dari bendungan dengan gemuruhnya.
6. Agama, oleh pemeluk-pemeluknya, akan dipertahankan dengan habis-habisan, sebab mereka telah terikat dn mengabdikan diri.
7. Agama, di samping memenuhi pemeluknya dengan semangat dan perasaan pengabdian diri, juga mempunyai efek yang menenangkan jiwa pemeluknya.
8. Filsafat penting dalam mempelajari agama.
9. Agama adalah kebenaran yang bersumber dari wahyu Tuhan mengenai berbagai hal kehidupan manusia dengan lingkungannya.










BAB III
SIMPULAN
Filsafat adalah pengetahuan tentang sesuatu yang non empiric dan non eksprimental, diperoleh manusia melalui usahanya dengan pikirannya yang mendalam.
Agama adalah kebenaran yang bersumber dari wahyu Tuhan mengenai berbagai hal kehidupan manusia dan lingkungannya. Jadi kebenaran agama bukan merupakan hasil usaha manusia.
Perbedaan antara ilmu filsafat dan agama ditambah dengan ilmu pengetahuan, dan hati berdasarkan subjek, objek, dan metodenya dapat disimpulkan sebagai berikut:

Subjek Objek Metode
Agama Dogma
(Sesuatu yang diterima tanpa ada bantahan) Masalah Spiritual Menelaah Kitab, Dalil
Filsafat Akal Abstrak, ide, universal Berfikir
Ilmu Pengetahuan Panca Indera Benda nyata, kongkrit Observasi, penelitian
Hati Qolbu Pencerahan spiritual Tobat (Pensucian hati)

DAFTAR PUSTAKA
Mustofa. H. A. Filsafat Islam. Bandung: Pustaka Setia ,2007.
O. Kattsoff Louis, Pengantar Filsafat, Terjemahan Soejono Soemargono, Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 2004.
Paryono, Joko. Ilmu Alamiah Dasar. Bandung : Pustaka Setia, 2008.
Rasyidi, H.M, Filsafat Agama, Jakarta,1970.
Suriasumantri, Jujun S. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 2007.
Tafsir, Ahmad. Filsafat Umum Akal Dan Hati Sejak Thales Sampai Capra. Bandung : PT Remaja Rosdakarya , 2009.
Tafsir, Ahmad. Filsafat Umum Akal Dan Hati Sejak Thales Sampai James. Bandung : PT Remaja Rosdakarya , 1992.
Tafsir, Ahmad. Filsafat Ilmu. Bandung : Rosdakarya, 2010.
http://kuliahfilsafat.blogspot.com/2009/04/filsafat-dan-agama.html.

http://zanikhan.multiply.com

http://yesalover.wordpress.com/2007/11/29/perbedaan-antara-filsafat-dengan-agama-kristen-khususnya-kharismatik-lebih-khususnya/

hhtp://Wikipedia.org

Minggu, 27 Februari 2011

KISAH

Kisah Si Kembar dalam Rahim Bunda
Vita Sarasi


Si Kembar mengawali kehidupannya dalam rahim Bunda dengan tidak tahu apa-apa. Selama berminggu-minggu mereka saling memperhatikan dan sementara itu mereka pun bertambah besar. Tangan, kaki dan organ-organ dalam tubuh mereka mulai membentuk. Berangsur-angsur mereka dapat merasakan dengan pancaindera kejadian-kejadian di sekeliling mereka. Tempat tinggal mereka sangat nyaman dan aman dan ini membuat mereka sangat bahagia. Mereka selalu saling mengatakan hal yang sama :
“Bahagia sekali rasanya tinggal di rahim Bunda ya? Kehidupan memang merupakan suatu yang hebat, saudara kembarku!”
Dengan semakin bertambahnya usia, mulailah mereka menjelajahi dunia tempat mereka tinggal. “Apa asal mulanya kehidupan?”, tanya mereka. Ketika mencoba menjawab pertanyaan ini, tiba-tiba mereka menemukan tali pusar, yang menghubungkan mereka dengan Bunda. Mereka sadar, berkat adanya tali pusar itu, tanpa susah payah mereka bisa mendapatkan makanan dan karenanya mereka tumbuh dan hidupnya terjamin.
“Betapa mulianya Bunda kita! Bunda memberikan semua yang kita butuhkan melalui tali pusar ini.”
Waktu berjalan begitu cepat; bulan yang satu diikuti bulan lainnya dan si Kembar pun tumbuh dengan pesat. “Akhir dari perjalanan” mungkin akan segera terjadi. Dengan takjub mereka mengikuti semua perubahan yang terjadi dan tanda-tanda menunjukkan bahwa suatu hari mereka harus meninggalkan dunia yang indah ini.
Semakin mendekati sembilan bulan, semakin kuat mereka merasakan tanda-tandanya. Situasi ini membuat salah seorang dari si Kembar merasa tak aman. Ia lalu bertanya pada saudara kembarnya :
“Saudara kembarku, apa yang sedang terjadi? Apa artinya semua ini?”
Saudara kembar lainnya bersifat lebih tenang dan bijaksana. Lagipula ia merasa tempat tinggalnya yang sekarang menjadi lebih sempit dan dalam hati ia mengidam-idamkan sebuah kehidupan di dunia yang lebih besar. Ia menjawab pertanyaan saudara kembarnya :
“Tanda-tanda ini berarti kita tidak lama lagi akan tinggal di sini”, dan ia menambahkan:
“Lama-kelamaan kita akan mendekati akhir dari kehidupan.”
Mendengar itu saudara kembar lainnya mulai menangis :
“Saya tidak mau pergi dari sini. Saya ingin tinggal di sini selamanya!”
Yang lain menjawab :
“Kita tak bisa melawannya. Siapa yang tahu, mungkin setelah kelahiran ada kehidupan lainnya.”
“Iya, tapi dapatkah kamu jelaskan, bagaimana kita bisa hidup terus, jika kita dipisahkan dari tali pusar, tempat hidup kita bergantung ini? Sebelum kita pasti ada yang lain tinggal di sini dan mereka sekarang telah pergi. Tak satupun dari mereka yang kembali, dan mengatakan pada kita, bahwa ada kehidupan setelah kelahiran bukan? Tidak!! Semua pasti akan berakhir.”
Lalu ia menambahkan :
“Jika begitu, mungkin tidak ada sesuatu yang serupa dengan Bunda.”
Saudara kembar yang lain menyanggah :
“Pasti ada! Jika tidak ada Bunda, bagaimana mungkin kita bisa ada di sini dan hidup terus?”
Yang lain bertahan dengan pendiriannya :
“Pernahkah kamu melihat Bunda kita? Sekali saja? Mungkin Bunda hanya hidup dalam pikiran kita. Kita mereka-reka untuk menghibur diri kalau kita punya Bunda.”
Dan berlalulah hari-hari terakhir mereka dalam rahim Bunda dengan perdebatan dan tanya jawab yang seru.
Akhirnya suatu hari tibalah saat kelahiran. Si Kembar meninggalkan dunianya dalam rahim Bunda, dilahirkan menuju ke dunia yang baru. Mereka mengawalinya dengan sebuah tangisan kegirangan. Di hadapan mereka kini terhampar sebuah pemandangan yang sangat luas. Begitu luasnya bahkan melampaui mimpi-mimpi mereka yang sangat dahsyat selama ini.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam Qur’an Surah Al Insyiqaaq ayat 19, “Sesungguhnya kamu melalui tingkat demi tingkat (dalam kehidupan)”. Yang dimaksud dengan tingkat demi tingkat ialah dari setetes air mani sampai dilahirkan, kemudian melalui masa kanak-kanak, remaja dan sampai dewasa. Dari hidup menjadi mati kemudian dibangkitkan kembali.
Frankfurt am Main, 10 November 2006
vitasarasi at yahoo dot com
Judul asli “Gibt es ein Leben nach der Geburt?”, dari buku “Erste Religionskenntnisse fuer Kinder – 2 : Die 32 Vorschriften des Islam in Erzaehlungen”, Asim Uysal dan Muerside Uysal, terjemahan dalam bahasa Jerman oleh Marianne Coyan Zaric, Istanbul.

TAFAKUR

Kisah Sebuah Apel
Diterjemahkan oleh : Vita Sarasi
Ayah Abu Hanifah, Sabit, seorang imam dan cendekiawan sepanjang masa, ketika masih muda telah menjadi seorang yang saleh, jujur dan suka menolong. Ia tidak pernah iri hati pada harta benda milik orang lain. Ia juga berusaha untuk tidak melanggar hak orang lain.
Suatu hari ketika Sabit ingin mengambil wudhu di sungai kecil yang mengalir melalui kebunnya, tiba-tiba ia melihat sebuah apel merah. Apel itu menggelinding di sepanjang sungai. Sabit lalu mengejarnya dan akhirnya berhasil menangkapnya. Ia mengucapkan „Bismillah“, dan ketika baru saja ia menggigit sekerat apel, tiba-tiba ia merasa ada yang bisa mendengarnya. Sabit segera mengeluarkan kembali sekerat apel yang telah digigitnya tadi dari mulutnya, namun apa daya sari buah apelnya telah masuk ke dalam lambungnya. Perasaan sedih datang mencekamnya. Ia telah memakan sekerat apel, tanpa meminta ijin terlebih dahulu pada pemiliknya.
Sabit lalu memutuskan untuk mencari pemilik apel itu agar ia bisa membayar harga apel itu atau memohon maaf padanya. Ia mencoba menelusuri sungai kecil itu dari arah datangnya apel tadi, dengan harapan bisa menemukan pemilik pohon apel itu. Setelah berjam-jam mencari, akhirnya di tepi sungai Sabit melihat ada sebuah pohon apel sedang berbuah. Sabit membandingkan apel yang ada di tangannya dengan apel yang ada di atas pohon. Sabit yakin apel yang ada ditangannya itu berasal dari pohon itu. Ia lalu mendatangi kebun apel itu dan menemui pemiliknya. Sabit bercerita bagaimana ia menemukan apel itu dan memakannya tanpa minta ijin terlebih dahulu, dan sekarang ia akan membayarnya atau memohon maaf. Sabit berkata, „Kalau Anda menghendaki, saya dapat membayar apel ini atau Anda bersedia memaafkan saya.“
Pemilik kebun itu adalah seorang yang alim dan pintar. Ia tahu, dalam pandangan agama tidak ada alasan untuk tidak mengizinkan seseorang makan apel yang ditemukan di pinggir sungai. Ia merenung, „Saya ingin mengetahui, apakah anak muda ini benar-benar seorang yang alim, yang takut pada Allah karena telah melakukan sesuatu yang ia tidak yakin apakah itu benar atau salah. Atau ia hanya seorang pembual bermuka dua, yang hanya ingin menarik perhatian?“ Untuk bisa menjawab pertanyaan itu, akhirnya pemilik kebun apel memutuskan untuk menguji anak muda tersebut. Setelah beberapa saat, pemilik kebun apel berkata dengan roman muka yang masam, „Anak muda, saya tidak bisa begitu mudah memaafkan kamu, saya punya persyaratan untuk itu.“
Sabit muda bertanya dengan ragu-ragu dan tersipu-sipu :
„Apakah persyaratannya?“
„Kamu harus bekerja untuk saya secara cuma-cuma selama tiga tahun. Hanya dengan itu saya bisa memaafkanmu.“
Awalnya Sabit muda bersiteguh untuk membayar apel itu, tetapi pemilik kebun apel tidak mengizinkannya :
„Seperti yang telah saya katakan, kamu bekerja untuk saya selama tiga tahun dan saya akan memaafkanmu.“
Sabit tidak memiliki pilihan lain. Ia harus memperbaiki kesalahannya, supaya ia dimaafkan. Tanpa berpikir panjang lagi Sabit segera menyetujui persyaratan yang sulit itu. Selama tiga tahun ia bekerja untuk pemilik kebun apel.
***
Setelah tiga tahun berlalu, Sabit berkata pada pemilik kebun apel :
„Saya telah bekerja untuk Anda selama tiga tahun, seperti yang Anda inginkan. Sekarang saya berharap Anda telah memaafkan saya.“
Pemilik kebun apel sadar, bahwa anak muda ini, yang sedang berdiri di hadapannya, adalah orang yang luar biasa. Anak muda ini telah memikat hatinya dan karenanya ia tidak akan membiarkan anak muda ini pergi begitu saja. Pemilik kebun apel berkata pada Sabit :
„Anakku! Supaya saya benar-benar bisa memaafkan kisah apel ini, saya punya satu persyaratan lagi. Jika kamu bisa memenuhinya, saya akan memaafkanmu.“
Sabit mendengarkan pemilik kebun apel dengan penuh was-was dan rasa ingin tahu :
„Katakanlah apa syarat kedua itu!“
Pemilik kebun apel menjawab :
„Saya memiliki seorang anak perempuan yang jujur, bijak dan salihah. Tetapi ia tidak dapat menggerakkan tangannya, tidak bisa berjalan, tidak bisa mendengar dan tidak bisa melihat… Jika kamu mau menikahinya, saya akan memaafkan kamu.“
Jujur saja, menikahi seorang wanita cacat, adalah perkara yang sulit. Persyaratan ini sangat berat bagi Sabit. Tapi hidup dengan mengabaikan suara hati nurani, dan ketika kelak meninggal dan akan bertemu dengan Allah, tentunya lebih berat lagi. Sabit merenung, begitu anehnya peran dalam kehidupan yang bisa terjadi, hanya karena menemukan apel yang sedang menggelinding di tepi sungai, lalu menggigitnya tanpa berpikir panjang. Sambil memandang tanah, Sabit berkata :
„Ya, saya menyetujui persyaratan Anda, tetapi Anda sebaiknya memaafkan saya.“
Beberapa hari kemudian, Sabit menikah dengan anak perempuan si pemilik kebun apel secara sederhana. Pada malam harinya, Sabit pergi menuju ke kamar, dimana mempelai wanita telah menunggunya. Di sana ia melihat seorang muslimah impian yang cantik jelita, yang tersenyum padanya. Sabit merasa takjub dan keheran-heranan :
„Ya Allah, saya telah salah masuk kamar.“
Sabit bergegas meninggalkan kamar dan dalam sekejab ayah wanita itu datang menghampirinya. Wajah Sabit memerah dan ia berkata dengan gelisah :
„Maaf, saya telah salah masuk kamar.“
Mertua Sabit menjawab :
„Itu bukan kamar yang salah. Ia adalah anak perempuan saya.“
Sabit berkata :
„Saya sudah menemuinya. Tapi ia bukanlah anak perempuan seperti yang Anda ceritakan pada saya. Ia sama sekali tidak cacat seperti yang Anda katakan.“
Mertuanya berkata sambil tersenyum :
„Anakku! Anak perempuan saya lumpuh, karena ia sampai saat ini tidak pernah memasuki tempat hiburan manapun, ia buta, karena sampai sekarang tidak pernah memandang laki-laki yang tak dikenalnya, ia juga tuli, karena ia selama ini tak pernah mendengar fitnah dan hanya mematuhi Al Qur’an dan kata-kata Rasululllah Shalallaahu Alaihi wa Sallam. Karena alasan itulah saya mempertimbangkan secara mendalam dan akhirnya mengambil keputusan. Saya akan menyerahkan anak perempuan saya padamu, karena saya telah yakin bahwa kamu pantas memilikinya. Karena takut pada sari apel yang telah masuk ke dalam perut, kamu setuju untuk bekerja pada saya, agar kesalahanmu dimaafkan. Alhamdulillah, selama hidup saya, saya tidak pernah makan sesuatu atau memberikan sesuatu yang dilarang Allah pada anak saya untuk dimakan. Anak perempuan saya baik dalam segala hal. Kalian adalah pasangan yang serasi. Semoga Allah Subhanahu wa Ta`ala memberkati kalian dan menganugerahkan kalian anak yang shaleh. Saya memberikan kebun apel ini sebagai hadiah pernikahan kalian. Sekarang, pergilah menemui isterimu.“
Begitu mendengar kata-kata itu, Sabit segera melupakan semua kegundahan di hatinya selama ini dan pergilah ia menuju pasangan hidupnya yang berharga dan sangat dikasihinya. Dari pernikahan ini lahirlah Imam besar Abu Hanifah, yang mengajarkan dasar-dasar Mahzab Hanafi.
Frankfurt am Main, 25 November 2006
vitasarasi at yahoo dot com
Judul Asli „Der Apfel“, Asim Uysal dan Muerşide Uysal, dari buku „Ich erlerne meine Religion : Die fünf Säulen des Islam“, Übersetzung : Marianne Çoyan Zaric.
http://vitasarasi.multiply.com/journal/item/66/Kisah_Sebuah_Apel